Archive for ‘Ancora’

January 10, 2011

Gita Wirjawan Bicara Soal Tudingan Penyelewengan Pajak Ancora

detikFinance » Ekonomi Bisnis

Senin, 10/01/2011 20:13 WIB
Gita Wirjawan Bicara Soal Tudingan Penyelewengan Pajak Ancora
Suhendra – detikFinance

Jakarta – Pendiri grup Ancora Gita Wirjawan menyatakan dirinya sudah tidak terlibat lagi dalam segala bisnis grup tersebut. Dia menyatakan tidak bisa berbicara banyak soal tudingan penyelewengan pajak Ancora.

“Dalam demokrasi siapapun bisa membuat pernyataan apapun. Sebaiknya dicek saja dengan Ancora yang mana saya sudah melimpahkan kewenangan,” jelas Gita kepada detikFinance, Senin (10/1/2011).

Gita menyatakan dugaan penyelewengan tersbeut perlu diimbangi dengan informasi akurat agar memberikan proporsi yang tepat.

Seperti diketahui, PT Ancora Mining Service dilaporkan Forum Masyarakat Peduli Keadilan (FMPK) ke Ditjen Pajak atas dugaan manipulasi laporan keuangan.

Koordinator FMPK Yosep Rizal mengatakan, mereka mengadukan dugaan penyelewengan pajak tersebut ke Bagian Rekayasa Keuangan Ditjen Pajak. Dia mengatakan, Ancora Mining Service merupakan anak perusahaan dari Ancora Holding yang dimiliki Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan.

Selain mengadukan kejanggalan dalam laporan keuangan Ancora Mining Service di 2008, FMPK juga melaporkan adanya aliran sumbangan yang tidak benar kepada Ancora Foundation.

(dnl/dnl)

GRATIS! puluhan voucher pulsa! ikuti terus berita dari DetikFinance di Hape-mu.
Ketik REG FIN kirim ke 3845 (khusus pelanggan Indosat Rp.1300/hari)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Baca Juga :
Penerimaan Meleset, Dirjen Pajak Tak Mau Dibilang Jelek
Tjiptardjo Minta Kasus Pajak Tak Dipolitisasi
Honorarium dan Imbalan PNS di Luar Gaji Dipotong Pajak

Share
(0) Komentar Kirim Komentar Disclaimer

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi Ajeng di ajeng@detik.com,
telepon 021-7941177 (ext.518).

January 10, 2011

Ancora Diadukan ke Ditjen Pajak Karena Dugaan Penyelewengan

Senin, 10/01/2011 14:55 WIB
Ancora Diadukan ke Ditjen Pajak Karena Dugaan Penyelewengan
Akhmad Nurismarsyah – detikFinance

Jakarta – PT Ancora Mining Service diduga melakukan penyelewengan pajak. Perusahaan tambang ini diadukan ke Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak.

Laporan ini dilakukan karena perusahaan ini diduga sewenang-wenang karena dimiliki oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan.

“Komitmen Presiden SBY untuk menjalankan pemerintahan yang bersih pun sebaiknya dibuktikan, bukan cuma jadi alat pencitraan,” ujar Juru Bicara Forum Masyarakat Peduli Keadilan, Yosef Rizal di kantor Pusat Ditjen Pajak, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (11/1/2011).

Laporan itu dilakukan terkait beredarnya dokumen dugaan penyelewengan pajak yang dilakukan PT Ancora Mining Service.

Dalam dokumen laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 ditemukan berbagai kejanggalan sehingga aparat pajak perlu menelusuri jumlah potensi kerugian negara yang diakibatkan perusahaan tersebut. Yaitu dengan cara menghindari pembayaran pajak.

“Kuat dugaan, tindakan manipulasi laporan keuangan tersebut tidak terjadi sekali. Selain itu, tindakan serupa juga diduga dilakukan di sejumlah perusahaan grup Ancora yang menjamur ketika Gita menduduki posisi Kepala BKPM,” tegas Yosef Rizal.

Lebih lanjut Yosef Rizal menjelaskan, kejanggalan dalam dokumen neraca PT Ancora Mining Service per tanggal 31 Desember 2008 itu antara lain ,tidak terdapat pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan investasi. Tetapi dalam laporan laba rugi tahun buku yang sama, perusahaan tersebut malah membukukan penghasilan Rp 34.942.600.000.

“Di neraca yang sama, PT Ancora Mining Service mengaku tidak memiliki utang, namun anehnya dalam laporan laba rugi ditemukan pembayaran bunga sebesar Rp 18.346.170.191,” ujar Yosef.

Dikatakan Yosef, pada laporan fiskal per tanggal 31 Desember 2008  ditemukan bukti pemotongan pajak senilai Rp 5.331.840.000 dari sebuah perusahaan. Tetapi tidak ada kejelasan atas transaksi apa pemotongan pajak tersebut dilakukan. “Akan muncul pertanyaan, apakah potongan tersebut sudah benar-benar disetorkan?” jelasnya.

Yosef mendesak agar aparat pemeriksa pajak dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa sebuah perusahaan tambang Middle East Coal (MEC) yang berbasis di Singapura dan Jakarta. MEC diketahui telah menyumbang dana sebesar 500 ribu dolar AS kepada Yayasan Ancora yang didirikan Gita Wirjawan.

Berdasarkan surat PT Bank Mandiri kepada Middle East Coal Pte Ltd No: 4 Sp.JWM/1426/2009 tertanggal 15 Desember 2009 tentang penjelasan ‘Transaksi Transfer Valuta Asing to Ancora’ jelas terlihat adanya transfer sebesar US$ 500.000 dari Middle East Company ke Yayasan Ancora.

“Perintah transfer ke Yayasan Ancora itu sendiri telah terjadi pada tanggal 27 November 2009, sebagaimana terlihat pada bukti telex Single Transaction Credit Master,” ujarnya.

Pada bukti telex dengan sender’s reference ‘:20:0912208002130802’ itu, terlihat transfer terjadi pada tanggal 27 November 2009 senilai US$ 500.000 dari Middle East Indonesia beralamat di Sudirman Plaza-Plaza Marein Lt.20 Jalan Jenderal Sudirman Kav 76-78, dengan benerficiary customer (penerima kiriman dana) adalah Yayasan Ancora/Ancora Foundation. Juga dijelaskan melalui telex itu mengenai remittance information: MEC Sponsorship for Indonesia Pintar Program.

Menurut Yosef Rizal, sumbangan itu mencurigakan karena selain tidak pernah dilaporkan pajak penerimaannya oleh yayasan bersangkutan, juga dinilai sarat kepentingan. Diduga hal ini terkait posisi Gita sebagai Kepala BKPM dan MEC yang memperoleh konsesi tambang di Kalimantan Timur.

“Sebagai perusahaan multinasional, MEC punya yayasan sejenis dengan Yayasan Ancora. Kenapa harus menyumbang ke Ancora, bukan diberikan ke yayasan sendiri. Apalagi jika uang tersebut dapat digunakan untuk kepentingan rakyat di sekitar tambang. Ada motif apa ini?” tanya Yosef Rizal.

Menurutnya, PT MEC yang memiliki investasi tambang di Kaltim, sebelum menyetor dana sponsor kepada Yayasan Ancora, juga telah menyetor dana sponsorship sebesar US$ 110.000 kepada PT Ancora Sports. Dana sponsorship itu  dalam rangka pertandingan Golf President Cup yang digelar pada bulan Juli 2009, sebelum Gita menjabat Kepala BKPM.

“Kita mencium gelagat tidak baik dari keanehan laporan keuangan dan transaksi tersebut. Jangan sampai ada motif dagang, suap, penyalahgunaan wewenang dan sebagainya di balik itu semua,” tegasnya.
(dnl/qom)

Tags:
March 30, 2010

Ancora Gandeng Asing Perbesar Bisnis Tambang

Sebelumnya perseroan memperoleh fasilitas pinjaman sebesar US$21 juta.
JUM’AT, 19 MARET 2010, 13:51 WIB
Antique

VIVAnews – Institusi asing kabarnya sedang menjajaki kerja sama dengan PT Ancora Resources Indonesia Tbk (OKAS) untuk pengembangan bisnis batu bara perseroan.

“Dikabarkan, asing itu ditawarkan kepemilikan saham di anak usaha perseroan,” kata sumber VIVAnews di Jakarta, Kamis malam, 18 Maret 2010.

Salah satu direktur Ancora Resources Meliza Musa ketika dikonfirmasi mengakui, sudah ada pihak tertentu yang berniat bekerja sama dengan perseroan.

“Tapi baiknya, jangan diungkap saat ini ke publik. Nanti saja, minggu depan kalau sudah pasti akan diumumkan,” tuturnya kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat, 19 Maret 2010.

Seperti diketahui, per 28 Februari 2010, PT Ancora Resources memiliki saham berkode OKAS sebesar 22 persen, Pictet and Cie S/A Burgundy Assets Corp 12 persen, dan UBS AG Singapore S/A Summer Harvest Pte 17 persen. Sedangkan sisanya dimiliki publik.

Pada perdagangan Kamis, 18 Maret 2010, OKAS ditutup turun Rp 5 (1,51 persen) di posisi Rp 325. Broker PT Samuel Securities Indonesia dengan kode broker IF tercatat sebagai broker yang paling banyak mengoleksi saham Ancora Resources.

Sebelumnya Ancora Resources memperoleh fasilitas pinjaman sebesar US$21 juta dari PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Terkait pinjaman tersebut, perusahaan menjaminkan seluruh kepemilikan sahamnya pada anak usaha, PT Bormindo Nusantara.

Direktur Utama Ancora Resources Dharma Djojonegoro mengatakan, pinjaman tersebut baru diperoleh perseroan pada September 2009. Fasilitas pinjaman bertenor enam tahun.

“Kami menjaminkan 60 persen kepemilikan saham di Bormindo,” kata Dharma pada paparan publik perusahaan di gedung Graha Niaga, Jakarta, belum lama ini.

Dharma menambahkan, perusahaan berniat menggunakan pinjaman tersebut untuk modal kerja dan suntikan modal ke anak usaha Ancora lainnya, PT Multi Nitrotama Kimia.

December 2, 2009

Ancora Indonesia Dapat Pinjaman US$ 21 juta

02/12/2009 08:25:58 WIB
JAKARTA, INVESTOR DAILY
PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) mendapat pinjaman senilai US$ 21 juta dari PT CIMB Niaga Tbk (BNGA). Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kepemilikan saham perseroan pada PT Bormindo Nusantara dan suntikan dana untuk PT Multi Nitrotama Kimia (MNK).

“Pinjaman dari CIMB Niaga bertenor enam tahun dengan jaminan saham kami di Bormindo,” kata Direktur Keuangan Ancora Indonesia Meliza Musa di sela rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta, Selasa (1/12).

Ancora membutuhkan total dana sekitar Rp 331,74 miliar untuk peningkatan kepemilikan saham di Bormindo dan capital injection MNK. Selain dibiayai oleh CIMB Niaga, Ancora akan membayar tunai dari dana hasil penerbitan saham baru (rights issue). Perseroan berharap meraup dana segar dari hasil rights issue sebesar Rp 117,58 miliar.

Sebelumnya, Ancora telah meningkatkan kepemilikan sahamnya pada MNK menjadi hampir 50% dari sebelumnya 40%. Perseroan juga menguasai 60% saham Bormindo.

Meliza mengungkapkan, MNK kini mengontribusi sekitar 70% terhadap total pendapatan Ancora, sedangkan Bormindo sekitar 30%. Sementara itu, anak usaha Ancora yang baru, yaitu Ancora Shipping belum beroperasi. Ancora Shiping akan mengkaji ulang kontrak-kontrak yang sebelumnya diperoleh oleh perusahaan.

Untuk pengembangan MNK, Ancora akan meningkatkan kapasitas produksi amonium nitrat dengan membangun pabrik baru. Perseroan mengalokasikan belanja modal pada 2010 sebesar US$ 58 juta.

Direktur Utama Ancora Dharma Djojonegoro mengatakan, MNK merupakan satu-satunya produsen amonium nitrat di Indonesia. Amonium nitrat digunakan sebagai salah satu unsur bahan peledak untuk industri pertambangan. Kapasitas produksi tahun ini mencapai 37 ribu metrik ton.

“Kebutuhan dalam negeri Indonesia dalam setahun mencapai 180-185 ribu metrik ton, sedangkan kami baru mampu memproduksi sekitar 37 ribu metrik ton per tahun, sehingga sisanya harus impor,” ungkap Dharma.

Namun, dengan dibangunnya pabrik baru, total produksi amonium nitrat perseroan pada 2011 ditargetkan meningkat menjadi 100 ribu metrik ton per tahun.

Sementara itu, dalam RUPS kemarin, pemegang saham menyetujui penerbitan saham bonus dengan nominal Rp 100 per saham. Penerbitan saham itu bertujuan memperkuat modal perusahaan. “Untuk setiap 50 pemegang saham lama berhak mendapatkan 20 saham baru dengan nominal Rp 100 per saham,” jelas Meliza Musa.

Selain itu, perseroan harus menyesuaikan diri dengan peraturan yang menyebutkan bahwa setiap perusahaan terbuka wajib menyediakan modal ditempatkan sebanyak 25% dari modal disetor.

Penerbitan saham bonus akan menambah jumlah saham Ancora yang beredar di pasar. Saat ini, jumlah saham perseroan mencapai 1,2 miliar unit. Jika penerbitan saham bonus ini terlaksana, saham Ancora menjadi 1,765 miliar unit. (c134)

November 30, 2009

Gita Wirjawan Siap Lepas Ancora

Gita Wirjawan digadang-gadang menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Gita yang merupakan pemilik grup Ancora mengaku siap melepas segala atribut yang berkaitan dengan bisnisnya tersebut jika memang terpilih sebagai Kepala BKPM.

“Saya siap siap mendelegasikan, meregenerasikan wewenang saya sebagai pemegang saham, pemilik dan manajer sehingga tidak ada konflik kepentingan,” ungkap Gita usai menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (19/10/2009).
Detik.com
Meski belum mau menyebutkan posisi yang akan diisinya dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, namun Gita mengaku dalam wawancara yang diikutinya di Cikeas, ia banyak ditanya soal pengembangan investasi di Indonesia.

“Saya ditanya soal bagaimana meningkatkan investasi yang sifatnya bisa membantu meningkatkan kesejahteraan, menurunkan kemiskinan dan pengangguran. Tentu yang sifatnya ke sektor riil,” jelas Gita yang saat ini menjabat sebagai salah satu Komisaris Pertamina.

Saat ditanya apakah posisi yang akan diisinya sebagai Kepala BKPM, Gita enggan berkomentar. “Saya masih belum tahu,” jawabnya singkat sambil masuk ke dalam mobil.

November 10, 2009

Bapepam Menelisik Rights Issue OKAS

Penawaran umum terbatas atau rights issue PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) tahun lalu ternyata masih menyisakan masalah. Kini, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tengah memeriksa dugaan kejanggalan rights issue perusahaan yang dulu bernama PT TD Resources Tbk tersebut.

Wasit pasar modal itu sudah memanggil manajemen OKAS untuk meminta penjelasan soal duduk perkara rights issue tersebut. “Saat ini proses pemeriksaan rights issue OKAS sedang berjalan,” ujar Sardjito, Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK di Jakarta, kemarin (10/8).

Tapi, Sardjito masih belum bersedia membeberkan lebih rinci apa dugaan pelanggaran yang dikenakan terhadap OKAS. Namun kabar yang beredar ada dugaan benturan kepentingan dalam rights issue OKAS tersebut.

Ada benturan kepentingan

Sedikit berkilas balik, Oktober 2008 lalu OKAS yang saat itu bernama TD Resources menggelar rights issue 832,5 juta saham, dengan harga Rp 170 per saham. PT Ancora Resources bertindak sebagai pembeli siaga dalam aksi korporasi itu.

Seusai rights issue, Ancora akhirnya memiliki 85,24% saham TD Resources dan mengganti nama perusahaan itu menjadi PT Ancora Indonesia Resources Tbk. Selebihnya saham milik publik. Sebelum rights issue, Ancora cuma menggenggam 18,84% saham OKAS.

Dari aksi korporasi itu OKAS meraup dana Rp 141,5 miliar. OKAS memakai sebagaian dana itu untuk membeli 40% saham PT Multi Nitrotama Kimia (MNK). Rupanya MNK masih merupakan anak usaha PT Ancora Mining Services.
Pemegang saham Ancora Mining Services adalah PT Ancora Mining Industries dan PT Ancora Capital. Jadi, singkat kata, sebagian dana rights issue itu sama saja dengan kembali lagi ke kantong Ancora.

Namun Sarjito belum bersedia berspekulasi soal dugaan terjadinya benturan kepentingan ini. “Saya tidak mau menyebutkan apa saja indikasi pemeriksaan ini. Tunggu proses pemeriksaan selesai,” tandas Sardjito.

Manajemen OKAS mengakui Bapepam-LK memang sedang memeriksa perusahaan itu karena proses rights issue Oktober 2008 lalu. “Itu pemeriksaan biasa, semua pelaksanaan rights issue OKAS sudah melalui persetujuan pemegang saham,” kata Meliza Musa, Direktur OKAS, kemarin (11/8).

Meliza menambahkan pembelian Multi Nitrotama Kimia juga sudah mendapat restu pemegang saham OKAS. Pokoknya, “Rencana penggunaan dana rights issue dan pelaksanaannya sudah kami laporkan ke pemegang saham,” ujarnya.

Wakil Presiden Riset dan Analis Valbury Asia Futures Nico Omer Jockheere bilang, ada beberapa kemungkinan rights issue suatu emiten bermasalah. Bisa karena terjadi benturan kepentingan atau penggunaan dana rights issue yang tidak sesuai prospektus.

Nah, “Kalau penggunaan dana melenceng dari rencana di prospektus, itu bisa ditindak,” katanya. Nico menilai saham OKAS tidak likuid sehingga ia tidak merekomendasikan saham ini. Kemarin (10/8), harga saham OKAS stabil di Rp 490 per saham.

November 10, 2009

Pasca Akusisi Bormindo Okas berutang ke induk

Dari Kontan Selasa, 10 November 2009
PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) baru saja merampungkan proses akuisisi terhadap perusahaan kontraktor pengeboran minyak, PT Bormindo Nusantara. Pasca aksi korporasi itu, Ancora langsung mendapatkan pinjaman dengan bunga supermurah dari induknya, PT Ancora Resources.

Awal pekan lalu, emiten berkode saham OKAS ini mengikat perjanjian pinjaman senilai Rp 27,5 miliar tersebut. Jangka waktu pelunasan 1 tahun dengan tingkat bunga hanya 0,5% per tahun. Perjanjian itu juga memuat klausul fasilitas pinjaman bisa diperpanjang masa jatuh temponya.

Sebagai agunan pinjaman ini, OKAS menjaminkan saham Bormindo yang baru saja dia beli dari Ancora Resources. Jadi, OKAS membeli saham Bormindo milik induknya, sekaligus mendapat pinjaman dana. Dalam penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin (9/11), manajemen OKAS mengaku akan menggunakan fasilitas pinjaman itu untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan biaya operasional. lebih lanjut