Musibah Air Asia “Wagon Air 8501”


Pesawat AirAsia Hilang Kontak

Pesawat Airbus A320 AirAsia mendarat di Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, NTB, (12/10). AirAsia membuka rute penerbangan baru Kuala Lumpur-Lombok (PP) dengan jadwal 3 kali seminggu. ANTARA/Ahmad Subaidi

TEMPO.CO, Jakarta – Pesawat AirAsia hilang kontak dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura pada Ahad pagi, 28 Desember 2014.

“Wagon Air 8501 Surabaya-Singapura,” kata Direktur Keselamatan dan Standar AirNav Indonesia Wisnu Darjono saat dihubungiTempo. Wisnu menuturkan pesawat dijadwalkan tiba di Singapura pukul 07.20 WIB.

Namun pesawat tersebut hilang kontak sebelum perbatasan Indonesia dengan Singapura. “Sampai saat ini, belum ada kontak,” ujarnya.

Pesawat jenis Airbus A320-200 ini membawa 155 penumpang, terdiri atas 138 orang dewasa, 16 anak, dan 1 bayi, serta 2 pilot, 4 awak kabin, dan 1 teknisi. Pesawat diterbangkan oleh Kapten Irianto.

AirAsia berangkat dari Surabaya pukul 06.36 WIB. Perjalanan dari Singapura ke Surabaya seharusnya memakan waktu 2 jam 20 menit.

MARIA YUNIAR

++++++++++++++++++

5 Teori Hilangnya Pesawat Air Asia

Seorang petugas dari BASARNAS di Medan, Sumatera Utara menentukan poin posisi penerbangan AirAsia hilang dari perairan Indonesia 28 Desember 2014. SUTANTA ADITYA/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta – Pesawat Air Asia QZ8501 hilang dari pantauan radar otoritas penerbangan Indonesia, Ahad pagi, 28 Desember 2014. Pesawat jurusan Surabaya-Singapura yang berpenumpang 155 orang dan 7 awak ini terakhir kali terekam radar berada di atas perairan Belitung pada pukul 06.16. (Baca: Pencarian AirAsia yang Hilang Difokuskan di Sini)

Sejumlah pakar penerbangan memberi pandangan soal penyebab pesawat jenis Airbus A320 itu menghilang dari radar layar. Saat para penyelamat bersiap melanjutkan perburuan mencari Air Asia QZ8501, berikut ini teori mengenai sejumlah kemungkinan dalam hilangnya QZ8501 seperti yang dilansir SkyNews, Ahad, 28 Desember 2014.


1. Kegagalan Teknis

A320 memiliki catatan keamanan yang sangat baik dengan hanya mengalami 26 insiden sejak pertama kali dioperasikan pada 1988. Menurut pilot dan pakar penerbangan Gideon Ewers semua penyebab insiden tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lain ketimbang masalah dengan pesawat. (Baca : Bos AirAsia Minta Keluarga Penumpang Bersabar)

Kasus gangguan terhadap A320 Yang paling terkenal adalah serangan burung di pesawat US Airlines milik maskapai penerbangan Amerika Serikat yang dipaksa mendarat di Sungai Hudson, New York, pada 2009. Sekitar 155 penumpang selamat saat pesawat tersebut perlahan-lahan tenggelam di Sungai Hudson.

Adapun Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Djoko Murjatmodjo, mengatakan bahan bakar QZ 8501 hanya cukup menempuh perjalanan selama empat jam. “Paling lama empat setengah jam,” kata Djoko Murjatmodjo, Ahad, 28 Desember 2014. (Baca: Pesawat AirAsia Hilang Kontak)

Dengan kondisi demikian, pesawat diperkirakan akan kehabisan bahan bakar pada Ahad, 28 Desember 2014, pukul 10.00, jika terus terbang setelah pesawat dinyatakan hilang dari radar. Pesawat Air Asia rute Surabaya-Singapura diperkirakan mendarat 07.57. “Jikalost contact masih terbang artinya saat ini sudah habis,” kata Djoko.

2. Dihantam Badai

Kapten pilot Irianto terekam radar meminta izin kepada menara kontrol untuk menaikkan ketinggian sebelum pesawat hilang dari radar untuk menghidnari cuaca buruk. Menurut pakar penerbangan kapten Mike Vivian badai bisa jadi bergulung di ketinggian ribuan kaki dan awan petir bisa menyebabkan kerusakan serius pada pesawat. (Baca : Benarkah AirAsia Hilang karena Badai?)

Namun, kata Vivian, kondisi cuaca yang berubah-ubah dan aneh di sebuah kawasan tertentu biasanya sudah diantisipasi para pilot berpengalaman. Vivian mengatakan adalah sebuah keanehan ada peristiwa cuaca yang berubah tiba-tiba dapat menyebabkan pesawat hilang dari kontak.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Djoko Murjatmodjo, mengakui Air Asia QZ 8501 terakhir melapor ke menara kontrol untuk bergeser ke kiri dan menaikkan ketinggian dari 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki. Saat itu, pilot Irianto mengaku ingin menghindari awan cumolonimbus. (Baca: Di Mana Titik AirAsia Hilang di Radar?)

“Untuk yang bergeser ke kiri sudah disetujui tapi yang minta ke atas tak disetujui karena masih ada pesawat di atas, masih padat,” kata Djoko. Data cuaca di wilayah udara, kata Djoko, memang tak bagus. “Banyak awan cumolonimbus,” kata Djoko. Namun saat berangkat data cuaca di Surabaya cerah.

3. Terhambat Gumpalan Es

Pesawat itu bisa saja terbang ke dalam gumpalan es yang kemungkinan menyebabkan pesawat itu “terlontar dari langit”, menurut Ray Karam Singh, pilot yang akrab dengan rute di atas Laut Jawa. (Baca: AirAsia Benarkan Pesawatnya Hilang Kontak)

Dia mengatakan pilot Air Asia QZ8501 bisa saja mencoba terbang keluar dari kondisi tersebut dengan naik lebih tinggi tapi bisa saja malah bermasalah lebih lanjut dengan situasi itu. Singh menambahkan, bahwa es adalah penyebab paling mungkin, daripada serangan badai. (Baca: Status AirAsia yang Hilang: Delayed)

4. Kesalahan Pilot

Irianto, pilot Indonesia yang memimpin penerbangan yang hilang, itu memiliki pengalaman 20 ribu jam terbang, menurut bos AirAsia, Tony Fernandes. Tujuh ribu jam penerbangan itu ia lalui bersama AirAsia. Dia terbiasa menerbangi pesawat untuk rute jarak pendek dan sangat berpengalaman, menurut pakar penerbangan, kepada Sky News. (Baca: Adik Ahok Cari Pesawat Hilang Kontak di Belitung)
Dari pantauan flightradar24, saat itu di sekitar pesawat Air Asia QZ 8501 yang hilang kontak, setidaknya terdapat dua pesawat terdekat. Satu pesawat Air Asia QZ 502 Jurusan Denpasar-Singapura yang berangkat dari Denpasar pukul 06.18. Pesawat lainnya adalah Air Bus A320-233 maskapai Silk Air.

5. Aksi Disengaja

Pilot pesawat Air Asia yang hilang ini menjaga komunikasi dengan menara kontrol sampai menit terakhir. Menurut David Learmount, editor laman Flight Global, mantra para pilot adalah terbang, memandu, dan berkomunikasi. Ada hal yang mengganggu sehingga mereka tidak dapat berbicara dengan menara kontrol.

Learmount menuturkan, ada sesuatu hal yang mengalihkan perhatian pilot sehingga mereka tidak dapat terus berbicara dalam jangka waktu yang lama dengan menara kontrol. “Kita tidak tahu apa yang terjadi pada saat itu, dan jika pesawat tidak muncul berarti ada sebuah tindakan yang disengaja.” (Baca: Seperti Apa Jalur AirAsia Versi Flightradar24?)

Kepada Skynews, kejadian tersebut biasa terjadi dalam peristiwa yang menjadi target teroris. Situasi di dalam kabin menunjukkan kelompok tertentu ingin bertanggung jawab dan sangat ingin mengklaim sebuah “kemenangan”.

Seorang pilot asal Indonesia yang tidak bersedia mengakui adanya isu pembajakan di kalangan penerbang. Dugaan tersebut muncul karena tidak ditemukannya tanda-tanda kecelakaan, termasuk radar yang tidak menangkap sinyal Emergency Locator Transmitter. ELT adalah alat yang mengirimkan sinyal apabila pesawat mengalami kecelakaan.

“Alat itu berbunyi mengalami benturan keras atau pendaratan darurat. Kalau alat itu tidak berbunyi, ya kami belum dapat menyimpulkan apa-apa,” kata Kepala Badan SAR Nasional Jawa Timur, Sutrisno, Ahad, 28 Desember 2014. Namun Sutrisno enggan berspekulasi ihwal dugaan adanya isu pembajakan itu. (Baca:AirAsia Hilang Kontak, Adik Ahok Buat Posko)

BOBBY CHANDRA | DINI PRAMITA | SKYNEWS

++++++++=

Body Air Asia Tampak di Bawah Permukaan Laut

Body Air Asia Tampak di Bawah Permukaan Laut  

Layar kamera menampilkan benda mencurigakan yang ditemukan mengapung oleh tim TNI AU pencari pesawat AirAsia di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 30 Desember 2014. Foto: TNI AU

TEMPO.CO, Pangkalan Bun – Selain menemukan tiga jenazah dan serpihan benda yang diduga berasal dari pesawat Air Asia QZ8501, tim Badan SAR Nasional mengidentifikasi letak body pesawat. (Baca: Diduga Korban Air Asia, 1 Mayat Berkulit Putih)

“Tadi dari pantauan udara, kami bisa melihat body pesawat dalam bentuk potongan cukup besar, berada di bawah permukaan laut,” kata Direktur Operasional Badan SAR Nasional posko Pangkalan Bun S.B. Supriyadi di Landasan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa, 30 Desember 2014. “Dari udara, bisa dikenali bentuk pesawat meski tidak utuh.” (Baca: Air Asia, Bangkai Pesawat Ada di Selat Karimata)

Posisi badan pesawat ini, menurut Supriyadi, berada pada jarak antara 97-100 mil laut dari daratan Pangkalan Bun. “Kami yakin, sisa jenazah dan serpihan lain tidak jauh dari situ.” Pasalnya, sebelum menemukan body pesawat, Supriyadi dan tim telah menemukan tiga jenazah. Lokasi jenazah hanya berselisih 5 mil laut lebih jauh dari penemuan body pesawat. Kendati demikian, dia belum bisa mengidentifikasi kedalaman badan pesawat itu. (Baca: Kronologi Penemuan Puing yang Diduga Air Asia)

Sementara itu, menurut Panglima Komando Operasional Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara 1 Marsekal Muda A. Dwi Putranto, yang memimpin operasi pencarian dari udara pada hari ini, operasi evakuasi akan dilakukan TNI Angkatan Laut. “TNI AU akan mem-back-up dari udara, operasi evakuasi, dan identifikasi korban, serta serpihan, kemungkinan besar dilakukan di atas kapal di lokasi.” (Baca: Istri Kapten Pilot Air Asia: Saya Harus Kuat)

Dwi menjelaskan, saat ini tim TNI AU sudah mengerahkan KRI Bung Tomo dan beberapa kapal lain ke lokasi. “Di kapalnya juga ada helipad untuk pendaratan helikopter, jadi korban bisa dievakuasi langsung ke daratan.” Tapi dia belum bisa menentukan apakah jenazah dibawa ke Pangkalan Bun atau Surabaya. (Baca: 21 Penyelam Evakuasi Jenazah dan Puing Air Asia)

Di posko Pangkalan Bun, kesibukan semakin meningkat. Petugas Basarnas mulai mendirikan tenda yang kemungkinan akan digunakan untuk proses identifikasi. Sedangkan berdasarkan informasi, dikabarkan Presiden Joko Widodo dan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sedang dalam perjalanan menuju Pangkalan Bun. (Baca juga: Puing Ditemukan, Keluarga Korban Air Asia Histeris)

+++++++++++++++

Usai Anjlok, Saham Air Asia Mulai Pulih

Usai Anjlok, Saham Air Asia Mulai Pulih  

CEO Air Asia, Tony Fernandes berbincang dengan Presiden Direktur Air Asia Indonesia, Sunu Widyatmoko, di ruang Crisis Centre, Terminal 2, Bandara International Juanda, Surabaya, Minggu 28 Desember 2014. Kedatangan CEO Air Asia ini terkait dengan hilangnya pesawat Air Asia 8501 dengan rute pernerbangan Surabaya-Singapura. TEMPO/Fully Syafi.

TEMPO.CO, Jakarta – Harga saham Air Asia Bhd tercatat anjlok parah hingga 8,5 persen pada perdagangan kemarin. Namun, kini pergerakan saham dengan kode AIRA itu mulai membaik.

Pada pukul 11.30 WIB, saham perusahaan penerbangan yang terdaftar di Kuala Lumpur Composite Indeks (KLCI) ini telah bergerak naik 0,030 poin (1,12 persen) ke level 2,720 ringgit Malaysia per lembar saham. (Baca:Status Air Asia Jelas,Jasindo Bayar Klaim Asuransi)

Menurut Kepala riset Panin Securities Purwoko, pelemahan saham kemarin terjadi karena faktor sentimen sesaat, seperti insiden kecelakaan, dan biasanya memang tidak akan berlangsung lama. Investor akan bersikap rasional, cenderung akan kembali memburu saham AIRA, apabila harga saham tersebut dinilai sudah terlampau murah. “Ketika sudah terlalu murah, investor secara alamiah akan mulai mengakumulasi pembelian,” tutur Purwoko. (Baca:Air Asia Ditemukan Dalam 7 Hari, Ini Alasannya)

Meskipun demikian, Purwoko menambahkan, investor harus cermat memperhatikan kinerja keuangan AIRA. Jika dalam waktu belakangan tidak tampak adanya perbaikan kinerja keuangan korporasi secara berkelanjutan, investor tidak disarankan memegang saham AIRA dalam waktu yang lama.

Sebagaimana diketahui, dalam pasar modal di kawasam regional kemarin, mayoritas perusahan penerbangan bergerak negatif. Selain AIRA, Singapore Airline Ltd (SAL) turun sebanyak 0,08 poin (0,69 persen) menjadi 11,59 dolar Singapura per lembar saham. Saham Thai Airways International (PCL) terkoreksi 1,36 persen menjadi seharga 14,50 Baht Thailand per lembar. (Baca:Air Asia Diyakini Tetap Jadi Favorit Pelancong)

PRAGA UTAMA

+++++++++++++++++

Bos Air Asia: Kami Tak Lari dari Tanggung Jawab

Bos Air Asia: Kami Tak Lari dari Tanggung Jawab  

TEMPO.CO, Sidoarjo – Chief Executive Officer PT Air Asia Tony Fernandez memastikan bertanggung jawab atas musibah yang menimpa salah satu armadanya, pesawat Air Asia QZ8501. Pihaknya akan melaksanakan kewajibannya untuk keluarga penumpang maupun awak pesawat. “Kami tidak akan lari dari segala kewajiban kami,” kata Tony dalam jumpa pers di Crisis Center Terminal 2 Bandara Juanda, Sidoarjo, Selasa, 30 Desember 2014.

Tony meminta maaf kepada keluarga penumpang atas apa yang mereka alami. Dikatakan Tony, musibah tersebut merupakan mimpi buruk baginya selama 30 tahun Asia Air terbang. Meski mengakui kejadian ini sebuah pengalaman buruk, tapi pihaknya tetap kuat untuk memberikan dukungan kepada keluarga penumpang dan awak pesawat.

“Ini perasaan terburuk, tapi kami akan tetap kuat untuk mendampingi keluarga dan kru pesawat,” ujarnya. (Baca berita terkait: Istri Pilot Air Asia Akan Dibawa ke Pangkalan Bun)

Tony memastikan akan fokus kepada korban dan awak pesawat yang disebutnya sebagai kru yang menakjubkan. Dia akan memberikan segala bentuk dukungan yang diperlukan, mengingat keluarga penumpang beserta keluarga awak pesawat sangat kuat dan tenang untuk menunggu informasi dan upaya yang sudah dilakukan sejauh ini.

Air Asia juga akan memberikan akses seluas mungkin kepada tim Badan SAR Nasional untuk melanjutkan pencarian dan evakuasi. Tony berharap tim pencari bisa segera membawa hasil. “Basarnas meyakinkan akan memberikan hasil sesegera mungkin,” ujarnya. (Baca: Keluarga Korban Air Asia Tak Sabar Tunggu Jenazah)

Meski begitu, ia tidak menampik adanya faktor lain yang bisa mempengaruhi upaya pencarian. Di antaranya cuaca dan gelombang air laut. Tapi ia meminta masyarakat untuk membiarkan Basarnas menuntaskan pencarian.

“Kami berharap akan mendapat hasil secepatnya,” ujarnya. Tony juga akan berbicara dengan keluarga penumpang satu per satu. Ia ingin meyakinkan mereka bahwa Air Asia tetap bisa dipercaya. (Baca pula: Pesawat Air Asia Tergelincir di Bandara Filipina)

AGITA SUKMA LISTYANTI

 

++++++

Dua Spekulasi Kecelakaan AirAsia QZ8501

Dua Spekulasi Kecelakaan AirAsia QZ8501

Pesawat AirAsia A320. JIJI PRESS/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta – Ahli keamanan penerbangan Desmond Ross mengatakan ada kemungkinan pesawat Air Asia QZ 8501 jatuh karena faktor cuaca. “Tapi bukan berarti, badai menjadi penyebab utama pesawat itu mengalami kecelakaan,” kata dia. Ada kemungkinan kejadian lain selain faktor cuaca tersebut. (Baca: Kapal Malaysia Temukan Tangga Darurat Air Asia)

Mungkin terjadi kegagalan mekanis atau ledakan,” kata Ross seperti dikutip dari The Sydney Morning Herald pada Kamis 1 Januari 2015. “Bisa saja terjadi beberapa kegagalan.” (Baca: Evakuasi Air Asia Dihadang Hujan Badai)

Ross mengatakan, kotak hitam yang ada dalam pesawat akan membantu mengungkap apa yang terjadi selama penerbangan. Alat tersebut mampu merekam percakapan di kokpit dan data penerbangan pesawat. (Baca: Ciri-ciri Jenazah Perempuan Korban Air Asia QZ8501)

Ross berujar, badai atau cuaca adalah fenomena alam yang harus selalu dihadapi pilot saat menerbangkan pesawat. “Badai dan cuaca yang mereka alami saat ini adalah fakta kehidupan, dan itu sedang terjadi selama beberapa bulan,” ujarnya. (Baca: 4 Korban Air Asia QZ8501 Diterbangkan ke Surabaya)

Namun, memang belum dapat diketahui pasti apakah pesawat AirAsia QZ8501 hancur di udara atau menghantam permukaan air di Selat Karimata. Jika pesawat hancur di udara, tekanan di kabin akan tinggi dan penumpang kekurangan oksigen. “Penumpang sudah tidak sadar ketika menyentuh air,” ujarnya. (Baca: Data Armada dan Pasukan Pencari Air Asia QZ8501)

Pemimpin Investigasi Kecelakaan dan Forensik dari Central Universitas Queensland, Geoff Dell, mengatakan pesawat komersial tidak dibangun untuk terbang melalui badai. “Orang-orang tidak menyadari betapa hebatnya partikel badai,” kata dia. (Baca: Identifikasi Korban Air Asia QZ8501 Makin Sulit)

Dia mengatakan badai sangat mungkin “menghancurkan pesawat” dengan merusak bagian seperti sayap atau ekor. Hal itu bisa membuat pesawat menjadi tak terkendali. “Jika Anda berada dalam turbulensi yang parah kemudian terpental, pesawat hampir tidak terkendali,” ujarnya. Dia pun akan sangat terkejut jika para penumpang masih sadar saat pesawat menyentuh air. (Baca: Fakta tentang 15 Korban Air Asia QZ8501)

Para ahli sepakat saat terjadi situasi darurat, co-pilot sudah fokus pada menit-menit terakhir sebelum pesawat menyentuh air. Karenanya, mereka tidak mungkin sempat membuat panggilan mayday (panggilan SOS dalam komunikasi radio). Bisa jadi mereka salah menilai tingkat keparahan badai. (Baca: Kapal Hi-Tech BPPT Bantu Cari Air Asia)

Ahli penerbangan Neil Hansford mengatakan, wilayah Laut Jawa yang menjadi lokasi hilangnya pesawat dikenal sebagai ‘pabrik badai’. “Setelah pesawat mulai jatuh, tekanan udara akan mulai hilang dan mereka akan tidur dengan sangat cepat. Jadi saya tidak berpikir mereka dalam kondisi sadar yang cukup lama,” ujarnya. (Baca juga: QZ8501 Diduga Malah Melambat Saat Ubah Ketinggian)

THE SYDNEY MORNING HERALD | NINIS CHAIRUNNISA

6 Comments to “Musibah Air Asia “Wagon Air 8501””

Leave a comment