kagum melihat kerja dan prestasi BASARNAS, TNI AL /AU dan Polisi dalam misi pencari pesawat hilang .
Kekompakan Percepat Pencarian
Seluruh Kekuatan Fokus Evakuasi AirAsia QZ 8501
Di Surabaya, Presiden meminta kepada jajaran Basarnas, TNI, dan Polri agar fokus pada pencarian dan evakuasi penumpang serta awak pesawat.
Presiden juga menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi kinerja Basarnas, TNI, Polri, relawan, serta masyarakat nelayan atas dukungannya dalam pencarian pesawat. Pemerintah juga berterima kasih kepada negara sahabat yang membantu mencari, seperti dari Singapura, Malaysia, dan Australia.
Melihat tiga obyekPertama kali informasi penemuan serpihan pesawat muncul dari awak pesawat CN-295 A-2905 TNI Angkatan Udara dengan pilot Kapten (Pnb) Ammad yang berangkat dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 06.00. Misi ini dipimpin Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsda TNI Agus Dwi Putranto. Awak pesawat ini melihat tiga obyek besar berwarna putih dan kuning mengapung di perairan sekitar 175 kilometer dari Pangkalan Bun pada pukul 10.05.
Temuan ini segera ditindaklanjuti pesawat Hercules C-130 A-1320 yang tinggal landas pukul 10.18 untuk membantu pencarian.
Sementara itu, pesawat kalibrasi Kementerian Perhubungan yang dipimpin Kapten Banta Sidi atas perintah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan berangkat dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, pukul 09.00.
Kapal menyusuri selatan Kalimantan dengan cara melingkar dari titik jatuhnya pesawat. Pukul 10.30, mereka menemukan empat serpihan besar, yang terbesar berbentuk persegi panjang dengan bentangan 10 meter.
Selanjutnya pesawat Hercules C-130 A-1319 dengan Kapten Pilot Mayor (Pnb) Akal Juang pada pukul 11.30 menemukan serpihan-serpihan dan sesosok tubuh terapung di perairan yang berdekatan dengan temuan sebelumnya. Setelah mengambil foto-foto yang dibutuhkan, pesawat ini selanjutnya menuju Pangkalan Bun untuk melaporkan foto temuan.
Kemudian pesawat Hercules C-130 A-1320 yang berangkat dari Halim Perdanakusuma tiba di lokasi pukul 12.15. Pesawat ini menemukan jaket pelampung berwarna kuning untuk penumpang serta serpihan kargo berwarna merah putih dengan jaring kargo. Adapun pesawat helikopter SAR HR-3601 Basarnas dari Pangkalan Bun memasuki perairan tersebut dan pada pukul 13.58 menemukan beberapa tubuh terapung.
Dari pesawat lain juga terlihat satu jasad mengapung di tengah lautan.
”Kami laporkan titik koordinat ini untuk ditindaklanjuti KRI Bung Tomo yang sudah berada 1-2 mil dari lokasi,” ujar kopilot Hercules, Letnan Satu (Pnb) Erwin Tri Prabowo.
Kru pesawat melaporkan hasil temuan tersebut kepada Basarnas dan perwira Angkatan Udara setempat. Selanjutnya Hercules yang dikemudikan pilot Mayor (Pnb) Akal Juang kembali melakukan penyisiran di koordinat awal ditemukannya serpihan pesawat. Penyisiran kedua kali itu juga menemukan puing-puing pesawat dan tubuh.
Pesawat terbang pada ketinggian sekitar 300 meter sehingga benda-benda itu terlihat jelas dari dalam pesawat Hercules. Kru dan wartawan juga melihat ada sekitar tujuh jasad yang mengapung, salah satunya memakai atasan berwarna putih dan celana hitam.
Pada penyisiran kedua itu, ada kapal tongkang yang berusaha berkomunikasi dengan melambai-lambaikan serpihan badan pesawat yang berwarna putih.
KekompakanKekompakan seluruh kekuatan itu muncul sejak Minggu siang begitu kabar pesawat AirAsia dinyatakan hilang. Basarnas segera mengerahkan kekuatan pesawat dan kapal. TNI juga langsung mengerahkan pesawat dan kapal mereka untuk mendekati lokasi yang diperkirakan tempat jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501.
Kekuatan masyarakat juga langsung bergerak. Nelayan di pantai Pulau Belitung dan Pulau Bangka (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) serta Pangkalan Bun ikut terlibat dan memberi informasi. Masyarakat di sejumlah tempat melakukan doa bersama. Sementara Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama ikut turun tangan langsung.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan relawan turun tangan menenangkan keluarga penumpang. Risma juga langsung mendata penumpang dan memerintahkan pengamanan rumah milik keluarga penumpang begitu alamat penumpang diketahui.
Minggu siang, Ignasius Jonan juga langsung mengerahkan pesawat dan kapal milik Kementerian Perhubungan untuk menuju lokasi. Jonan memerintahkan semua radio pantai meminta kapal yang melewati lokasi itu untuk memonitor kemungkinan ada temuan terkait dengan pesawat AirAsia.
Mencari kotak hitamMenteri Luar Negeri Retno LP Marsudi juga turun tangan membantu Basarnas untuk berkomunikasi dengan beberapa negara yang berniat membantu. Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo menghubungi Menteri Perhubungan menawarkan bantuan Kapal Riset Baruna Jaya yang memiliki kemampuan deteksi dasar laut. Semalam Kapal Riset Baruna Jaya I berangkat mendekati lokasi.
Kapal Riset Baruna Jaya I siap mencari kotak hitam di lokasi serpihan pesawat AirAsia.
”Kami akan mencari kepastian serpihan pesawat untuk mengidentifikasi kotak hitam,” kata Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Ridwan Djamaluddin.
Pencarian akan dilakukan menggunakan kamera bawah laut yang bisa diturunkan hingga kedalaman 300 meter. Pencarian akan dilakukan dengan mengikuti jejak serpihan pesawat dan korban yang ditemukan. Penjejakan dilakukan dengan memperhitungkan posisi hilang kontaknya pesawat, posisi serpihan pesawat, serta arah dan kekuatan arus laut.
Untuk operasi pencarian kali ini, bukan hanya para menteri, pemerintah menunjuk langsung Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk memimpin upaya pencarian pesawat tersebut sejak hari pertama.
Penemuan serpihan dan jasad korban kemarin membuat Basarnas mempersempit area pencarian, yaitu area V yang ada di sekitar perairan Pangkalan Bun.
Semua kapal dan pesawat, termasuk bantuan dari negara lain, akan diarahkan untuk membantu evakuasi di area tersebut.
Basarnas akan mendapat bantuan kapal dari Kapal Riset Baruna Jaya I, kapal asosiasi survei, dan kapal bantuan dari Amerika Serikat, USS Sampson, yang akan merapat membawa alat deteksi bawah air. Jumlah penyelam juga akan ditambah. (NAD/MZW/ONG/LKT/RAZ/EDN/DEA/ACI/DEN/BAH/MAR)
+++++++++++++++++++
Pencarian AirAsia QZ8501, Tim Selam Marinir Sudah Berangkat dari Halim

Menurut Pulung, selain tim selam marinir dan rombongan peliput dari sejumlah media massa, pesawat Hercules juga mengangkut beragam peralatan terkait pencarian pesawat dan korban AirAsia QZ8501.
Adapun pesawat CN295 akan khusus dipakai untuk mencari lewat udara tanda-tanda keberadaan AirAsia QZ8501 beserta penumpang dan kru-nya.
Pulung menambahkan, pesawat Hercules yang berangkat dari pangkalannya ini akan bersiap pula untuk mengangkut temuan dari Pangkalah Bun ke Surabaya, di Jawa Timur.
Sebaliknya, lanjut Pulung, pesawat Hercules tersebut dipersiapkan pula mengangkut peralatan penanganan korban seperti peti dan kantong jenazah. “Tapi itu tergantung arahan dari Basarnas. Koordinatornya Basarnas,” ujar dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pencarian akan berlanjut pada Rabu pagi ini, setelah pada Selasa (30/12/2014) didapatkan serpihan pesawat, sejumlah perkakas, dan tiga jenazah yang sudah dipastikan terkait dengan QZ8501. (Baca: Sesudah Titik Terang Pertama Pencarian AirAsia QZ8501).
++++++++++
Ini Profil Empat Grup Elite Penyelam Pencari AirAsia QZ8501

Empat grup elite itu harus menyelam di kedalaman 25 meter sampai 30 meter di lokasi ditemukan pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501, perairan Selat Karimata, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Barat.
Disebut grup elite karena personel masing-masing kelompok itu adalah orang-orang pilihan atau terbaik dari yang terbaik. Mereka dilatih khusus untuk situasi yang tak biasa dan tidak dapat dilakukan kebanyakan orang. Mereka tidak hanya kuat secara fisik tetapi juga mental dan intelektual.
Berikut ini profil singkat masing-masing grup itu:
Denjaka
Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Anggota Denjaka dididik dalam suatu pendidikan yang disebut Penanggulangan Teror Aspek Laut (PTAL), yang memang dikhususkan untuk satuan antiteror walau mereka juga bisa dioperasikan di mana saja, terutama antiteror aspek laut.
Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin (operasi rahasia) aspek laut.
Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Satuan khusus itu dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara.
Prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Di samping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
Aktivitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Tapi mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang andal.
Denjaka mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki keterampilan yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Ada yang menganggap kemampuan satu pasukan Denjaka setara dengan sepuluh prajurit TNI biasa.
Setiap prajurit Denjaka memiliki kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara.
Selain itu juga menguasai taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut.
Personel Denjaka juga menguasai pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Taifib
Batalyon Intai Amfibi atau disingkat Yontaifib adalah satuan elite dalam Korps Marinir seperti Kopassus dalam jajaran TNI Angkatan Darat. Satuan ini dahulu dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi).
Untuk menjadi anggota Yontaifib, calon diseleksi dari prajurit marinir yang memenuhi persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun. Salah satu program latihan bagi siswa pendidikan intai amfibi adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh tiga kilometer.
Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk ke Detasemen Jala Mengkara, pasukan elite TNI Angkatan Laut.
Yontaifib mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan tugas TNI Angkatan Laut atau tugas-tugas operasi lainnya.
Personel Taifib mempunyai kemampuan melaksanakan tugas secara sendiri dari induk pasukan. Artinya, seorang prajurit Taifib mampu melaksanakan survival secara tim maupun perorangan, mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan mampu mengatasi tekanan mental di daerah penugasan.
Setiap Taifib juga memiliki kemampuan infiltrasi dan eksfiltrasi ke atau dari daerah musuh melalui media, antara lain, berenang, menyelam, serta salah satu kemampuan bawah air ataucombat swimmer melalui peluncur torpedo kapal selam.
Kopaska
Komando Pasukan Katak (Kopaska) dibentuk oleh Presiden Sukarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya (kini Papua) 31 Maret 1962.
Setiap personel Kopaska memiliki kemampuan peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia ke kapal lawan dan sabotase pangkalan musuh. Mereka juga bisa melakukan penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta antiteror di laut.
Kopaska diperkirakan berjumlah 300 personel. Tapi data itu tidak valid karena Kopaska mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam hal personel dan operasi). Kopaska ada dua grup, yaitu satu grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya.
Pendidikan awal Kopaska adalah indoktrinasi dan gemblengan fisik. Keahlian utama Kopaska adalah menyelam dan bertempur di bawah air. Kemampuan bawah air inilah kesaktian utama para manusia katak. Sesuai namanya, Kopaska adalah biang segala metode pertempuran yang berunsur air.
Semua pasukan khusus Angkatab Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang mendalami ilmu tempur bawah air pasti akan berurusan dengan Kopaska.
Untuk menjadi anggota pasukan katak, harus mempunyai kemampuan di atas rata–rata dan bisa bergerak secara individual. Standard yang tinggi, pengalaman bertugas di kapal perang dan inteligensia di atas rata–rata adalah syarat mutlak seorang prajurit Kopaska.
Rentang penugasan Kopaska cukup panjang. Dimulai tahun 1962, operasi infiltrasi, sabotase, pengamanan KRI, operasi tempur bawah air dan mempersiapkan daerah pendaratan, hingga menjebol kapal induk Belanda Karel Doorman dengan torpedo berjiwa. Segelintir pasukan katak jemput bola di terusan Suez dan terusan Panama untuk menghancurkan Karel Doorman.
Di masa Dwikora, Kopaska ditugasi menyusup ke Singapura untuk menghancurkan beberapa target penting. Bahkan operasi pembersihan ranjau yang harus dilakoni Kopaska adalah dari Sabang sampai Sulawesi.
Kopaska punya slogan: “Kopaska tidak takut salah, tidak takut kalah, tidak takut jatuh, tidak takut mati. Takut mati, mati saja”.
BSG
Basarnas Special Group (BSG) adalah semacam pasukan khusus/elite yang dimiliki Badan SAR Nasional (Basarnas). Mereka adalah personel-personel terpilih yang dilatih khusus untuk kemampuan search and rescue.
Mereka juga dilatih keterampilan terjun payung seperti militer sehingga mampu menjalankan tugas di medan sulit yang hanya bisa dijangkau dengan teknik terjun payung. Personel BSG bisa lebih cepat dan tanggap dalam melakukan upaya pertolongan korban bencana alam atau kecelakaan.
BSG merupakan pasukan khusus Basarnas yang siap bereaksi cepat. Mereka segera menindaklanjuti panggilan telepon darurat di nomor 115.
Kemampuan dan kualifikasi mereka di atas rata-rata dan siap membantu korban di lokasi bencana di darat, laut dan udara. BSG terdiri 60 personel. Mereka diambil dari anggota pilihan di setiap kantor SAR di daerah dan dididik khusus dengan kemampuan lebih.
BSG dibentuk sejak kasus jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Jawa Barat, pada 2012. Bermula dari medan pencarian yang berat, minim biaya dan sumber daya muncul ide membentuk BSG. Tim ini seperti Kopassus milik TNI Angkatan Darat, Kopaskhas milik TNI Angkatan Laut, atau Kopaska milik TNI Angkatan Laut, yang dipersiapkan sedemikian rupa untuk bisa menolong korban dengan hasil maksimal dan biaya minimal.
Baca berita lain:
Leave a Reply