Tambahan Listrik 990 MW dari PLTU Indramayu


Kamis,
13 Oktober 2011
ENERGI
Tambahan Listrik 990 MW dari PLTU Indramayu
KUM

Hatta Rajasa

INDRAMAYU, KOMPAS – Pembangkit Listrik Tenaga Uap Indramayu di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, secara resmi dioperasikan, Rabu (12/10). PLTU berkekuatan 3 x 330 megawatt itu merupakan bagian dari percepatan program listrik 10.000 megawatt tahap pertama.

Menteri Koordinasi Perekonomian Hatta Rajasa, yang hadir dalam peresmian, mengatakan, beroperasinya PLTU Indramayu diharapkan bisa mendukung keterjaminan pasokan listrik, terutama bagi industri manufaktur.

”Dalam kuartal kedua 2011, industri manufaktur Indonesia tumbuh 6,6 persen. Pertumbuhan ini tentunya harus diikuti dengan tersedianya energi listrik,” kata Hatta.

PLTU Indramayu merupakan satu dari tiga PLTU yang dibangun di Jabar. Dua PLTU lainnya sedang dibangun di Cirebon dan Pelabuhan Ratu.

Dalam rilis resmi PT PLN disebutkan, kontraktor pembangunan PLTU Indramayu berasal dari konsorsium China dan konsorsium dalam negeri, yakni China National Machinery Industry Corp (Sinomach), China National Electric Equipment Corp (CNEEC), dan PT Penta Adi Samudera.

Nilai kontrak pembangunan PLTU yang menggunakan jenis batubara kadar rendah ini sebesar 696,734 juta dollar AS dan Rp 1,497 triliun. Sumber dana proyek ini berasal dari konsorsium China Construction Bank, konsorsium bank lokal Indonesia, dan anggaran PLN. Empat bank lokal ialah BNI 46, BRI, BCA, dan Bank Mandiri.

Kebutuhan batubara untuk PLTU Indramayu diperkirakan 4,2 juta ton per tahun. Kebutuhan dipasok dari sejumlah perusahaan di Kalimantan dan Sumatera, antara lain, PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Bukit Asam, PLN Batubara, dan PT Kideco Jaya Agung.

Diversifikasi energi

Hatta mengatakan, pengoperasian PLTU Indramayu sejalan dengan program diversifikasi energi yang digalakkan pemerintah. Terkait harga minyak dunia yang terus naik, PLTU mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM).

”Bagi industri manufaktur, mereka tidak mungkin mengupayakan listrik sendiri yang menggunakan BBM. Harganya yang mahal membuat industri manufaktur dalam negeri kehilangan daya saing dan tidak bisa bertahan,” kata Hatta.

Bagi anggaran negara, energi listrik yang bergantung pada BBM juga memperbesar subsidi. Hatta mencontohkan, dalam kondisi harga minyak dunia saat ini 90 dollar AS per barrel, PLN semestinya menjual listriknya Rp 2.000 per kilowatt/jam (kWh). Kenyataannya, PLN menjual di bawah Rp 700 per kWh.

”Beban subsidi yang begitu besar mesti ditanggung oleh negara. Semakin lambat proyek 10.000 MW dicapai, artinya ada subsidi dalam jumlah besar yang terus ditanggung negara” katanya.

Hatta menambahkan, diversifikasi energi akan makin ditingkatkan dengan memfokuskan program 10.000 MW tahap kedua ke pembangkit listrik tenaga panas bumi (geotermal).

Direktur Utama PLN Dahlan Iskan mengatakan, proyek PLTU Indramayu ini terbukti bisa mendukung pasokan listrik di Pulau Jawa-Bali.

”Saat musim kemarau lalu, pasokan listrik dari PLTA Saguling dan Cirata turun sampai 800 MW, bahkan sempat turun 1.000 MW. Untunglah ada pasokan listrik dari PLTU sehingga bisa menjamin ketersediaan listrik saat itu,” katanya. (REK)

Leave a comment