NEW YORK – Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dirundung masalah dalam kaitan dengan perusahaan investasi 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang ia dirikan. Selain desakan dari oposisi dan demonstrasi di Kuala Lumpur, sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, kini akan menyelidiki keganjilan dalam perusahaan milik Riza Azis, anak tiri Najib, dan koleganya, pengusaha Jho Low.
Menurut surat kabar Amerika Serikat, New York Times, Dewan Juri Federal tengah memeriksa klaim yang melibatkan nama Najib dan sejumlah orang dekatnya. Penyelidikan yang dilakukan Unit Korupsi Internasional Departemen Kehakiman AS itu terutama berhubungan dengan properti di Negeri Abang Sam yang dibeli 1MDB. Unit penyelidik tersebut dikenal pernah menyita sejumlah properti milik kerabat politikus dari Guinea Ekuatorial, Nigeria, Korea Selatan, dan Taiwan.
Selain itu, mereka menyelidiki transfer dana sebesar US$ 681 juta (sekitar Rp 10 triliun), yang diduga mengalir ke rekening pribadi Najib. Kepada New York Times, Najib telah membantah tudingan terkait dengan properti yang dibeli anak tirinya di Amerika Serikat.
Surat kabar Amerika lainnya, Wall Street Journal, juga memberitakan bahwa Biro Penyelidik Federal (FBI) tengah menyelidiki 1MDB atas tuduhan pencucian uang.
Najib berulang kali membantah tuduhan itu. Namun tindakannya memecat empat menteri, jaksa agung, dan wakil perdana menteri dalam upaya meredam kritik malah menambah kecurigaan. Aparat Malaysia juga menghentikan penerbitan dua media, The Edge dan Sarawak Report, yang dikelola oleh ipar Gordon Brown, mantan Perdana Menteri Inggris.
Seorang mantan anggota Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), partai Najib, mengaku dilarang pergi ke New York pada Jumat lalu karena kedapatan akan mengajukan keluhan kepada polisi AS soal 1MDB.
Meski pemerintah Malaysia berupaya keras menahan Najib, penyelidikan terus menggelinding layaknya bola salju hingga melintasi perbatasan negara itu. Polisi Hong Kong saat ini juga tengah menyelidiki rekening bank yang diduga terkait dengan Najib. Aparat Swiss juga telah membekukan uang jutaan dolar di rekening bank yang terkait dengan 1MDB.
Mantan perdana menteri Mahathir Mohamad, pemimpin yang berpengaruh dan memerintah Malaysia selama 22 tahun, ikut berpartisipasi dalam aksi protes Bersih 4.0 pada bulan lalu, yang mendesak PM Najib agar mundur. Banyak warga Malaysia juga mengeluh akibat pemberlakuan pajak barang dan jasa serta devaluasi mata uang ringgit, yang mencapai titik terendah dalam 17 tahun terakhir.
Senin lalu, Gubernur Bank Sentral Malaysia Zeti Akhtar Aziz menyatakan masyarakat berhak mengetahui hasil penyelidikan terhadap 1MDB. “Saat ini kami tahu publik ingin jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini dan mereka berhak mendapatkan jawaban,” kata dia.
Pada hari yang sama, Pengadilan Tinggi Malaysia memutuskan dua media yang ditutup Menteri Dalam Negeri pada Juli lalu karena memberitakan 1MDB boleh terbit kembali. THE GUARDIAN | REUTERS | NEW YORK TIMES | FINANCIAL TIMES