Archive for July, 2019

July 17, 2019

‘Mualaf’ prone to radical influence, eLSA research shows

  • SuherdjokoThe Jakarta Post
Semarang, Central Java   /   Tue, June 5, 2018   /   10:58 am

‘Mualaf’ prone to radical influence, eLSA research showsPersonnel of the National Police’s Densus 88 counterterrorism squad and the Riau Police’s Gegana bomb squad secure materials as evidence during a raid on June 2 at Riau University’s School of Social and Political Sciences (Antara/Rony Muharrman)

0

An activist has warned that mualaf, or new converts to Islam, had become the targets of extremist groups that sought to spread radical teachings in Indonesia.

Religious and Social Studies Institute (eLSA) researcher and activist Khoirul Anwar said that with their relatively low understanding of Islamic teachings, many new converts had been easily lured by the radical thinking that extremist groups spread.

“I saw such an indication at the Mualaf Center. I had an interesting experience in December 2016. I met with a mualaf who had been a Muslim only for six months. He was very enthusiastic when he spoke about the Islamic caliphate,” Khoirul told The Jakarta Post on Monday.

The young man, Khoirul said, had expressed his wish to carry out jihad against infidels. “Even Indonesia, a democratic country, was considered an infidel country,” he added, referring to what the young man had said.

The man claimed he did not have a special mentor that taught him a deeper understanding of Islam, said Khoirul. “Through the Internet, he met someone he later came to consider his ‘brother’, who ‘helped’ him  learn about jihad,” the activist added.

Khoirul said that through his conversations with new converts, he became fully aware of how easy it was for someone to “become a radical”. They were even ready to “become terrorists” only from reading online articles about Islam and watching YouTube videos, most of which contained messages of hate, he added.

“This is why it is important to spread writings and videos on Islam that contain messages of peace,” said Khoirul.

He said eLSA’s research also revealed that radical thinking had spread to senior high school students through extracurricular activities. Some external mentors had also influenced students to become radical through Islamic guidance and counselling activities.

At the beginning of the year, the Wahid Foundation, in partnership with eLSA Semarang, involved 15 schools in Semarang, Kendal, Salatiga and surrounding areas in a pilot program called “Sekolah Damai” (Peaceful Schools).

The program aims to curb the spread of radical teachings that encourage hatred against other groups or communities that might eventually lead to terror acts. Sekolah Damai teaches students and teachers to develop thoughts that embrace diversity toward creating peace. (ebf)

July 1, 2019

Para Wijayanto — teroris

buron sejak 2003 hmm pasti mister Para W ini ada pelindungnya .. Ini yang harus diusut dan ditangkap ! Sang pelindung punya informasi intelijen yang sangat akurat sehingga  Para bisa bisa lolos dari tangkapan dan hidup sangat nyaman buat seekor teroris.. Tinggal di real estate Pesona T

 

Para Wijayanto, Pentolan Jamaah Islamiyah yang Buron Sejak 2003

Reporter:

Tempo.co

Editor:

Syailendra Persada

Senin, 1 Juli 2019 09:24 WIB

  • Arial
    Roboto
    Times
    Verdana
Pagar rumah yang dikontrak Para Wijayanto, yang diduga Amir Jamaah Islamiyah dan pemimpin Al Qaidah Asia Tenggara, di Jalan Telaga Indah Nomor 26 Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor, pada Amad, 30 Juni 2019. Dia juga buron polisi sejak 2003. Pria yang diduga teroris itu dtangkap Densus 88 Mabes Polri pada Jumat, 28 Juni 2019 lalu. TEMPO/ADE RIDWAN
Pagar rumah yang dikontrak Para Wijayanto, yang diduga Amir Jamaah Islamiyah dan pemimpin Al Qaidah Asia Tenggara, di Jalan Telaga Indah Nomor 26 Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor, pada Amad, 30 Juni 2019. Dia juga buron polisi sejak 2003. Pria yang diduga teroris itu dtangkap Densus 88 Mabes Polri pada Jumat, 28 Juni 2019 lalu. TEMPO/ADE RIDWAN

TEMPO.COJakarta – Detasemen Khusus 88 Antiteror dikabarkan menangkap seorang pentolan Amir Jamaah Islamiyah bernama Para Wijayanto. Ia diduga diringkus Detasemen Khusus 88 Mabes Polri pada Jumat lalu, 28 Juni 2019, di Hotel Adaya, Jalan Raya Kranggan, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat.

Baca: Terduga Teroris Jamaah Islamiyah Dibekuk, Begini Suasana Rumahnya

Dikonfirmasi terpisah, Kasubbag Humas Polres Bogor Ajun Komisaris Ita Puspita Lena membenarkan adanya penangkapan terduga teroris tersebut. Namun dirinya enggan memberikan komentar banyak. “Andaikan ada (penangkapan) juga bukan kewenang Polres Bogor harus ke densus langsung,” kata Ita saat dikonfirmasi Tempo.

Para Wijayanto diketahui merupakan amir atau pemimpin jaringan teroris Jamaah Islamiah (JI). Nama Para Wijayanto mencuat bersamaan dengan tragedi bom Bali pada 2002. Ia disebut-sebut dekat dengan gembong teroris asal Malaysia, Noor Din M. Top

Pada 2003, polisi menggeledah rumah milik Para Wijayanto di Kompleks Perumahan Muria Indah, RT 03/07, Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Namun nihil. Polisi hanya menemukan keluarga Para Wijayanto. Ketika itu, Para yang bekerja di perusahaan percetakan terbesar di Asia Tenggara, PT Pura Barutama, sudah berangkat ke kantor.

Di Pura jabatannya mentereng, General Manager Human Resource Development. Sebelumnya, suami Masitha Yasmin ini pernah menjadi Manager Divisi Repro/Freepers, Manager Divisi Engineering, dan Manager Teknik Development Centre.

Seperti kebetulan, pada saat yang hampir bersamaan dengan penggerebekan di rumahnya, Para keluar kantor karena alasan tertentu. Ia pergi mengendarai mobil Toyota Kijang. Di suatu tempat, Para berhenti dan meninggalkan mobilnya begitu saja.

Koordinator Al-Qaidah Asia Tenggara. Ia getol berdakwah untuk mendirikan negara Islam sejak di bangku kuliah pada 1982 sampai 1989. Inilah tulisan kedua dari tiga tulisan mengenai insinyur teknik sipil yang dikenal karismatik lantaran kecerdasannya itu.

Para Wijayanto lulus dari Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, pada 1989 dan bekerja di Pura sejak 5 Juni 1990. Para mengelola majelis taklim yang berisi sekitar 20 bawahannya. Setiap pekan berkumpul untuk mengkaji seputar ajaran tauhid. Tak pernah sedikit pun bersinggungan dengan politik dan pemerintahan.

Baca: Teroris Jamaah Islamiah Para Wijayanto Punya 4 Nama Panggilan

Para tak cuma berdakwah. Dia ikut kursus militer tiga bulan di Moro, Filipina, pada 2000. Sekitar setahun kemudian ia mencarikan tempat persembunyian anggota Jamaah Islamiyah dari Singapura dan menjadi buron sejak 2003. Ia ikut membentuk Majelis Lajnah Ikhtiar Linasbil Amir (2004), aktif di Majelis Qaidah Jemaah Islamiyah Jawa Tengah, mengevaluasi operasi Poso, dan sejak 2010 memimpin Al-Qaidah Asia Tenggara.

 

Teroris Jamaah Islamiah Para Wijayanto Punya 4 Nama Panggilan

Reporter:

Ade Ridwan Yandwiputra (kontributor)

Editor:

Jobpie Sugiharto

Senin, 1 Juli 2019 07:48 WIB

  • Arial
    Roboto
    Times
    Verdana
Pagar rumah yang dikontrak Para Wijayanto, yang diduga Amir Jamaah Islamiyah dan pemimpin Al Qaidah Asia Tenggara, di Jalan Telaga Indah Nomor 26 Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor, pada Amad, 30 Juni 2019. Dia juga buron polisi sejak 2003. Pria yang diduga teroris itu dtangkap Densus 88 Mabes Polri pada Jumat, 28 Juni 2019 lalu. TEMPO/ADE RIDWAN
Pagar rumah yang dikontrak Para Wijayanto, yang diduga Amir Jamaah Islamiyah dan pemimpin Al Qaidah Asia Tenggara, di Jalan Telaga Indah Nomor 26 Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor, pada Amad, 30 Juni 2019. Dia juga buron polisi sejak 2003. Pria yang diduga teroris itu dtangkap Densus 88 Mabes Polri pada Jumat, 28 Juni 2019 lalu. TEMPO/ADE RIDWAN

TEMPO.CO, Bogor – Keseharian Para Wijayanto, tersangka teroris Jamaah Islamiyah, dikenal sebagai warga yang bisa dibilang tertutup. Aktifitasnya hanya datang ke masjid untuk ibadah kemudian kembali ke rumahnya di Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor.

Petugas Satuan Pengamanan Pesona Telaga, Suaeb, mengatakan tak tahu apa pekerjaan Para Wijayanto yang sudah tiga tahun mengontrak di Jalan Telaga Indah Nomor 26. “Jarang banget ngobrol, paling sebatas negur, udah,” kata Suaeb yang ditemui Tempo kemarin, Minggu, 30 Juni 2019.

BacaTerduga Teroris Jamaah Islamiyah Dibekuk, Begini Suasana .

Suaeb menduga Para Wijayanto adalah orang dengan kondisi ekonomi yang baik meski tinggal di rumah kontrakan. Dia bahkan mengira orang yang diburu polisi sejak 2003 tersebut berdagang. “Soalnya, mobilnya pertama Fortuner, sekarang ganti Innova.”

Suaeb pun mengatakan belum tahu nama lengkap pria kelahiran 1965 itu. Ada yang memanggilnya Wijayanto, tapi kadang disapa Ahmad. “Bnyak deh ada empat panggilannya.”

Para Wijayanto, yang disebut-sebut sebagai Amir Jamaah Islamiyah dan pemimpin Al Qaidah di Asia Tenggara, kelompok yang banyak melakukan serangan pada awal 2000, diringkus Detasemen Khusus 88 Mabes Polri pada Jumat lalu, 28 Juni 2019, di Hotel Adaya, Jalan Raya Kranggan, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat.

Suaeb menceritakan, setelah salat Jumat pada 28 Juni lalu, Para Wijayanto alias Ahmad pergi menggunakan mobil Toyota Innova. “Setelah itu udah enggak pulang, saya dapat info ditangkap di hotel di daerah Bekasi,” ucap Suaeb.

Setelah ditangkap, Para Wijayanto digelandang ke rumah kontrakannya di Jalan Telaga Indah Nomor 26, Perumahan Pesona Telaga, pada Sabtu, 29 Juni 2019, sekitar pukul 11.00 WIB.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo, menyatakan belum mengetahui penangkapan buron itu. “Masih menunggu rilis dari Densus 88,” ucap Dedi, Ahad, 30 Juni 2019.

Baca jugaUmar Patek Sebut Nama Para Wijayanto

Lalu, siapa Para Wijayanto?

Dia sebelumnya disebut sebagai pemimpin Al Qaidah di Asia Tenggara pernah diburu di Thailand. Perburuan ini dipicu oleh informasi dari CIA, badan intelijen Amerika Serikat, bahwa Para Wijayanto yang mengurus semua dokumen untuk pelarian Umar Patek dari Thailand ke Pakistan.

“CIA mendapat informasi ini dari Umar Patek,” kata Direktur Direktur Lembaga Studi Intelijen dan Keamanan Nasional (Siknal) Dynno Chressbon kepada Tempo pada Rabu 30 Maret 2011.

Para Wijayanto bukan orang sembarangan. Menurut Dynno, pria itu dikenal sebagai koordinator “Tim Hambali” di Asia Tenggara.

Hambali adalah warga Cianjur, Jawa Barat, dedengkot Al Qaidah yang dicokok di Thailand lalu ditahan di Guantanamo, penjara Amerika Serikat di Teluk Kuba. Ia dituduh terlibat penyerangan terhadap Amerika pada 11 September 2001. Adiknya, Gun Gun, pernah dipenjara karena membantu memasukkan dana dari Al Qaidah ke Indonesia ketika kuliah Pakistan.

Teroris Umar Patek ditangkap di Pakistan pada awal Maret 2011. Patek dicokok bersama Istrinya. Pemerintah Indonesia sedang berupaya memulangkan tokoh peledakan bom bali I pada 2002 itu. Aparat Pakistan menyebut Patek datang untuk sebuah acara Al Qaidah dalam memperingati 10 tahun penyerangan terhadap Amerika tadi.

Jaringan Jamaah Islamiyah Para Wijayanto Punya Kebun Sawit

Reporter:

Andita Rahma

Editor:

Syailendra Persada

Senin, 1 Juli 2019 13:38 WIB

  • Arial
    Roboto
    Times
    Verdana
Rumah Para Wijayanto, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Mabes Polri pada Jumat, 28 Juni lalu. TEMPO/Ade Ridwan
Rumah Para Wijayanto, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Mabes Polri pada Jumat, 28 Juni lalu. TEMPO/Ade Ridwan

TEMPO.COJakarta – Pimpinan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) bernama Para Wijayanto dan anak buahnya memiliki usaha perkebunan kelapa sawit sebagai modal membangun dan kegiatan kelompok tersebut.

Baca: Polisi: Pentolan Jamaah Islamiyah Para Wijayanto Ahli Intelijen

“Perkebunan kelapa sawit itu terletak di Kalimantan dan Sumatera,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta Selatan pada Senin, 1 Juli 2019.

Dedi mengatakan, polisi kini masih mencari tahu perusahaan dan lokasi perkebunan tersebut. Namun dari usaha kebun sawit itu, Para mampu membayar anggotanya Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan.

“Mereka bisa dikatakan berhasil membangun kekuatan ekonomi untuk operasional sehari-hari termasuk gaji pejabat struktural,” kata Dedi.

Bahkan, Para kerap memberangkatkan orang hasil perekrutan ke Syria untuk pelatihan militer. Pemberangkatan itu menggunakan dana hasil usaha perkebunan kelapa sawit. Namun, belum diketahui berapa jumlah orang yang direkrut dan diberangkatkan itu.

Para, kata Dedi, dibekuk pada 28 Juni 2019 di Hotel Adaya Jalan Raya Kranggan, Jatisampurna, Bekasi.  Selain Para, polisi juga meringkus istri Para yakni Masitha Yasmin dan tangan kanannya Bambang Suyoso. Ketiganya ditangkap berbarengan.

“Bambang berperan sebagai penghubung amir dan orang yang direkrut, termasuk orang-orang yang dikirimkan ke Suriah. Bambang juga sebagai sopir Para,” kata Dedi.

Selain itu, polisi meringkus Abdurrahman, pada 30 Juni 2019 sekitar pukul 11.45 WIB, di Perumahan Griya Syariah, Blok G, Kelurahan Kebalen, Bekasi, Jawa Barat.

Abdurrahman merupakan orang yang berhasil direkrut oleh jaringan Para dan juga orang kepercayaannya untuk menggerakkan jajaran JI di Indonesia.

Baca: Para Wijayanto, Pentolan Jamaah Islamiyah yang Buron Sejak 2003

Terakhir, polisi menangkap Budi Tri alias Haedar alias Feni alias Gani di hari yang sama, 30 Juni 2019, sekitar pukul 14.15 WIB di daerah Pohijo, Kecamatan Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Budi Tri adalah penasihat Para dan penggerak jajaran JI Jawa Timur.

ADE RIDWAN YANDWIPUTRA