Bobby Gafur Umar :CEO BAKRIE & BROTHERS TBK


Senin,
27 Februari 2012
CEO BAKRIE & BROTHERS TBK
Nakhoda Spesialis Krisis
Oleh Hamzirwan

Ekonomi Indonesia dua kali dihantam krisis dalam satu dasawarsa. Krisis Asia tahun 1999 benar-benar membuat menderita. Tahun 2008, krisis kembali menghantam. Namun, kali ini, Indonesia tidak mengalami guncangan berarti, bahkan masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Akan tetapi, sesungguhnya Indonesia tidak sepenuhnya aman dari krisis. Beberapa korporasi besar di Indonesia sempat limbung. Bakrie & Brothers Tbk (BB), yang beroperasi sejak tahun 2008 menjadi perusahaan investasi kelompok usaha Bakrie, merupakan salah satunya. Namun, kesigapan nakhoda mengoptimalkan kru ”kapal”, yang dibangun keluarga Bakrie sejak Februari 1942, mampu menarik BB dari jebakan pusaran krisis.

Kesuksesan Bakrie & Brothers Tbk tidak lepas dari tangan Bobby Gafur Umar (43) sebagai presiden direktur dan chief executive officer (CEO). Bobby tidak hanya mampu mengembalikan keluarga Bakrie sebagai pemilik mayoritas setelah saham mereka tinggal 2,5 persen dalam restrukturisasi utang saat krisis Asia. Bobby membawa BB dari perusahaan beraset Rp 5,2 triliun menjadi perusahaan investasi global dengan aset Rp 31,7 triliun tahun 2010.

Bobby menerima Kompas di ruang kerjanya di puncak Gedung Rasuna Epicentrum, Jakarta, Senin (13/2). Pria kelahiran Jakarta, 23 Juni 1968, ini berbagi pengalamannya menakhodai grup usaha Bakrie yang bulan ini berusia 70 tahun. Berikut petikan wawancaranya:

Jadi CEO dalam usia 34 tahun?

Masuk BB tahun 1995 sebagai management trainee. Terus gabung di kantor komisaris utama sebagai asisten. Saat restrukturisasi, masuk ke Bakrie Sumatera Plantations (BSP) awal tahun 1998 dan pindah ke kebun di Jambi. Akhir tahun 1999 ke Sumatera Barat dan tahun 2001 ke Kisaran, Sumatera Utara. Lalu nama saya masuk daftar kandidat CEO tahun 2002.

Selama di BSP, saya harus lakukan restrukturisasi. Konflik dengan ribuan calon petani plasma di Jambi dan Pasaman, Sumatera Barat, diselesaikan. Petani menuntut pembangunan kebun plasma yang terhenti akibat bank kreditor dilikuidasi.

Masalah ini selesai setelah BSP mendapatkan sumber pendanaan baru dari Bank Muamalat. Pembangunan kebun plasma berlanjut dan kini sudah lunas.

Perkebunan kelapa sawit dan karet penyelamat kelompok usaha Bakrie dalam krisis. Para pemegang saham mencalonkan saya sebagai CEO.

Bagaimana ini terjadi?

Dalam krisis 1997 itu, kelompok usaha Bakrie saat itu salah satu perusahaan yang dianggap kreditor tetap memegang komitmen menyelesaikan utang.

Tahun 2001, pemegang saham mayoritas, keluarga Bakrie, bersedia menukarkan saham untuk menalangi utang 1 miliar dollar AS. Saham mereka yang 55 persen turun menjadi 2,5 persen. Mereka tak mau kehilangan kepercayaan sehingga utang harus dibayar.

Selesai restrukturisasi tahun 2002-2004, BB punya waktu tiga tahun menyelesaikan pekerjaan rumah dari para kreditor. Di situlah kreditor meminta ditunjuk manajemen baru untuk menyelesaikan lompatan baru dalam target yang telah ditetapkan.

Saat itu, saat usia 34 tahun, saya ditunjuk dalam rapat umum pemegang saham yang masih dipimpin Aburizal Bakrie sebagai komisaris utama dengan target yang tidak mudah.

Bagaimana Anda menjawabnya?

Kami selalu kembali kepada fundamen. Perusahaan apa pun membutuhkan rencana. Kami membuat cetak biru baru tahun 2003.

Saya membagi cetak biru dalam tiga bagian. Pertama, kelompok penunjang infrastruktur yang terdiri atas pabrik yang produknya mendukung pembangunan infrastruktur, besi baja, konstruksi, dan kontraktor. Kelompok ini kami kembangkan lebih lanjut menjadi kelompok infrastruktur karena kami sudah mempunyai proyek berkait infrastruktur, jalan tol, dan pembangkit.

Kedua, kelompok industri perkebunan yang kami bilang punya investasi strategis di perkebunan kelapa sawit dan karet. Ketiga, telekomunikasi.

Kembali CEO pada 25 Juli 2010?

Maret 2008, kami berubah dari operation holding menjadi investment holding. Saya sudah mengembangkan bisnis infrastruktur dengan total anggaran 4,5 miliar dollar AS (Rp 40,5 triliun).

Setahun kemudian saya memberikan beberapa pointers usulan apabila ada restrukturisasi bisnis lagi. Kemudian, pemegang saham menunjuk saya sebagai CEO lagi dengan manajemen baru.

Jadi CEO spesialis krisis?

Mungkin karena ada cerita sukses tahun 2002-2004 pascakrisis saya menangani BB sehingga bangkit. Kemudian ditugaskan lagi untuk hal yang sama. Kini bebannya berat dari segi finansial.

Magnitude krisis lebih besar. Kalau dulu, yang terkena adalah perusahaan dan hanya di Asia. Di dunia duitnya masih banyak. Jadi, selama masih ada pertumbuhan, pendanaan masih dapat.

Sekarang, yang krisis negaranya. Jadi macet pasar saham. Kering likuiditas. Jadi kali ini untuk balik lebih susah karena likuiditas pasar saham kering. Sementara kami mesti berkompetisi terhadap situasi. Sebagai perusahaan investasi, kami tidak punya aset besar dalam bentuk tetap. Tetapi bagaimana bisa memutarkan dana untuk investasi. Kalau dana mau, investasi tidak ada kan susah. Mesti pintar dan inovatif.

Bagaimana strategi meyakinkan itu?

Proposal bisnis harus baik. Dari segi return (imbal hasil) dan manajemen risiko. Return tinggi, risiko tinggi. Bagaimana kita menyeimbangkannya sehingga investor tertarik untuk masuk.

Grup BB ibarat pohon tinggi sehingga kian kencang diterpa angin?

Tentu kalau kami besar, tidak semua orang suka dan banyak pesaing. Tetapi dalam bisnis itu sama seperti politik. Hari ini jadi musuh atau pesaing, besok bisa mitra. Jadi, tidak ada musuh abadi. Tidak ada teman abadi.

Semua ujungnya adalah bagaimana memberikan hal terbaik, terutama dalam segi nilai kembali. Grup Bakrie dulu benar fokus ke bisnis. Sekarang ada kegiatan sosial seperti olahraga, pendidikan, serta pengembangan kemasyarakatan dan kelompok usaha.

Tetapi, dengan Pak Aburizal Bakrie menjadi tokoh politik, otomatis ada juga di sisi politis. Tetapi, sebagai pelaku bisnis, kami tetap teguh tidak terkait dengan masalah politik. Hanya citra ini memang ada dalam kelompok besar.

Bagaimana Anda menghadapinya?

Dibutuhkan upaya besar. Tetapi mudahnya, kami tetap teguh di bisnis. Tidak ada bisnis terjadi karena (lobi) politik. Bakrie & Brothers punya direktur manajemen risiko. Di kelompok usaha Bakrie, yang punya manajemen risiko selevel direktur itu hanya kami dan kami mendapat penghargaan untuk ini.

Siapa yang memengaruhi Anda?

Yang pertama, guru besar saya di bisnis adalah Pak Aburizal Bakrie yang mana sebagai chairman kelompok usaha Bakrie banyak memberikan petunjuk atau bimbingan ke saya.

Tetapi kalau filosofi pribadi yang saya pegang teguh dari bapak saya, Iman Sutjipto Umar, soal kerja keras dan jujur. Kalau orang sudah percaya dua hal itu, kamu bisa bekerja dan diterima di mana saja. Itu pegangan saya. Memang tidak muda

Leave a comment