Industri produk kayu mulai bangkit


 Sumber : kontan online
Minggu, 07 Agustus 2011 | 14:44  oleh Sofyan Nur Hidayat
PERTUMBUHAN INDUSTRI
Industri produk kayu mulai bangkit
Share
dibaca sebanyak 163 kali

0 Komentar

JAKARTA. Industri barang kayu dan hasil hutan mulai menunjukan tanda-tanda kebangkitan setelah beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan. Kementerian Perindustrian mencatat industri ini tumbuh sebesar 3,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu karena permintaan yang meningkat dan harga yang bagus.

Direktur Jenderal Pengembangan dan Perwilayahan Industri Dedi Mulyadi menyatakan pertumbuhan itu menunjukkan mulai bangkitnya sektor industri barang kayu dan hasil hutan di dalam negeri. Kendati angka pertumbuhannya terendah dibandingkan sektor yang lain, Dedi cukup senang. “Karena pada tahun-tahun sebelumnya selalu negatif,” kata Dedi dalam jumpa pers kinerja industri semester I akhir pekan kemarin.

Sebelumnya pada kuartal I 2011 sendiri, sektor industri ini masih tumbuh negatif 0,48%. Industri produk kayu ini mengalami penurunan sejak tahun 2008 yang tumbuh 3,45% dalam setahun.

Pertumbuhan industri sendiri dilihat secara menyeluruh seperti jumlah industri, volume produksi dan ekspor. Sekedar gambaran, ekspor untuk produk kayu pada tahun 2008 mencapai US$ 2,89 miliar, tahun 2009 US$ 2,33 miliar dan 2010 US$ 2,92 miliar.

Sedangkan ekspor pulp dan kertas pada tahun 2008 US$ 5,29 miliar, 2009 US$ 4,28 miliar dan 2010 US$ 5,58 miliar. Sektor industri ini pernah mengalami masa jayanya pada periode 1980 sampai akhir 1990. Pada masa itu perolehan devisa dari industri perkayuan mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 7 miliar.

Agung Nugroho, Presiden Direktur Prakarsa Konsultan mengatakan pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan ekspor kayu yang lumayan terutama kayu lapis untuk kebutuhan rekonstruksi gempa dan tsunami di Jepang. Selain itu, dia bilang harga komoditas kayu juga sedang tinggi-tingginya. “Harga komoditas kehutanan sedang rebound,” kata Agung.

Kenaikan harga produk kayu contohnya terlihat dari harga kayu meranti yang mencapai Rp 1,7 juta per meter kubik, padahal awal tahun harganya Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta. Demikian juga dengan harga kayu sengon dan jabon sebesar Rp 1 juta, awal tahun hanya Rp 700.000 hingga Rp 800.000.

Ketua Umum Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) Suwarni mengakui, sektor industri ini sudah mengalami pertumbuhan meskipun pertumbuhannya sangat kecil. “Hingga akhir tahun pertumbuhannya bisa 5%,” kata Suwarni.

Menurut Suwarni, pertumbuhan ini didorong oleh berkembangnya hutan tanaman rakyat di berbagai daerah terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Di sisi lain, penggunaan kayu dari hutan alam makin menurun.

Meski sektor industri ini mengalami pertumbuhan namun khusus untuk rotan masih negatif. Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra mengatakan mebel rotan belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan industri. Apalagi dunia tengah dilanda krisis dan permintaan luar negeri masih lemah. “Prediksi saya sampai akhir tahun masih negatif,” kata Hatta.

Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahjono juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya industri mebel justru mengalami penurunan. “Furnitur kita termasuk barang mewah, sedangkan daya beli dunia melorot,” kata Ambar.

Leave a comment